SABTU, 15 Juni 2013
Pagi itu.... setelah loading dari rumah ke selatan waduk Sempor Gombong ..
Mulai gowes, start dari timur pasar Gombong, sekitar pukul 5.45 WIB. Perjalanan gowes menuju Yogya dimulai dengan menghidupkan cyclometer, timer,dll. Masih pagi dan begitu padatnya arus kendaraan di jalur selatan membuat acara gowes harus lebih hati-hati. Bergerak ke arah timur menuju Kebumen dengan jarak sekitar 22 km hanya dengan kecepatan antara 20 - 25 km/jam. Tidak berani lebih cepat lagi mengingat rute yang masih sangat jauh. Guyangan, Karanganyar terlewati... Akhirnya sampai juga di Kota Kebumen, tepatnya di alun-alun Kebumen sekitar pukul 6.42 WIB
sejenak berfoto ria menggunakan fasilitas timer yang ada pada kamera HP. Sebenarnya bisa aza minta bantuan orang lain untuk menggambil gambar, kebetulan ada 2 cewek di sekitar itu sedang menikmati camilannya, sambil sesekali memperhatikan diriku he..he..
Dua kali jepretan sudah cukup...saatnya melanjutkan perjalanan kembali ke arah Purworejo dengan jarak sekitar 41 km dari alun-alun Kebumen. Mensugestikan diri sendiri seolah sedang gowes dari rumah ke Purwokerto yang berjarak 40 km, sehingga perjalanan gowes menuju Purworejo menjadi lebih ringan.
Selepas kota Kebumen kondisi jalan banyak yang berlubang dengan tambalan di sana sini. Perjalanan jadi tidak lancar karena sesekali harus berhenti mengayuh dan menghindari lubang tetapi dituntut untuk lebih memperhatikan kondisi lalu lintas dari belakang.
Pukul 7.40 WIB sampai di depan pasar Prembun. Perut mulai sakit, ternyata panggilan alam mulai memberi aba-aba. Gowes terus sambil mencari tempat yang pas buat melepas hajat..... Nah dekat sini..
yang punya sepeda lagi pipis dech...
Lega rasanya.... Dengan perasaan plong, gowes terus melewati jalanan aspal yang berlubang di sepanjang sisi kiri jalan. Pukul 8.25 WIB melewati alun-alun Kutoarjo, dari situ perjalanan ke Purworejo masih sekitar 11 km lagi. Jarak yang tidak begitu jauh (seperti Perja-Mandiraja) dalam waktu kurang dari 25 menit bisa tercapai. Namun saat itu 11 km ditempuh selama 35 menit baru sampai di alun-alun Kota Purworejo, maklum lagi hemat tenaga.... Sampai di pertigaan tugu perjuangan di selatan alun-alun pukul 9.00 WIB.
Sesuai target perjalanan sesuai yang direncanakan. Rencana istirahat sambil sarapan/makan untuk mensuplay energi.
Setelah berfoto-foto dan mengobrol dengan salah satu perkerja yang sedang melakukan perbaikan di komplek tugu tersebut, tadinya mau langsung gowes menuju ke Bantul. Setelah dipikir-pikir, sepertinya mengunjungi alun-alun Purworejo sesaat tidak ada salahnya. Mengenang kembali beberapa tahun lalu ketika mengantar teman bersepeda untuk ikut lomba balap criterium dsi seputaran alun-alun Purworejo,namanya Lutfi. Meski tidak meraih juara untuk kategori MTB, tapi setidaknya aku puas bisa mengantar dan mengikut sertakannya dalam lomba tersebut. ( sorry, melenceng dsari rute...)
Duduk-duduk sekitar 15 menit di pojok alun-alun selatan/ dekat Polres. Gowes lagi memutari alun-alun sambil nyari warung makan. eh, ternyata di alun-alun bagian utara sedang ada acara Ultah klub motor ninja Purworejo, ya wis lah..akhirnya lihat-lihat dulu beberapa saat sambil foto-foto motor yang bagus.
Ini motor punya peserta dari Jakarta.
Setelah cukup puas lihat-lihat motor dan cukup istirahat, perjalan menuju Yogyakarta dilanjutkan lagi sambil sesekali nyaci warung makan untuk sarapan. Tengak tengok sepertinya lom ada yang cocok hingga akhirnya tidak ada lagi warung yang terlihat memasuki kawasan penjual dawet hitam yang banyak berjejer di sepanjang jalan menuju Wates. Ada rasa ingin untuk mampir dan mencoba menikmati dawet hitam, tapi tidak jadi mengingat perjalanan masih jauh. Tidak terasa perjalanan memasuki perbatasan Kulonprogo, entah pukul berapa(saat ini ditulis sdh 3 bulan yg lalu).
Setelah berfoto, perjalanan gowes dilanjutkan ke arah Wates di bawah terik matahari sekitar pukul 10.30 WIB. Sampai di Tugu Wates bertemu dengan dua orang dari Bandung yang akan ke Yogya.
Tidak lupa berfoto-foto ria dulu, setelah itu gowes kembali menuju ke arah Bantul. Sengaja ingin lewat Bantul melalui jembatan Srandakan. Perjalanan terasa lebih berat dan melelahkan, mungkin karena panas dan belum makan sejak pagi. Gowes di daerah Kulonprogo sedikit lama. Jalanan yang rusak dan berdebu menghambat perjalanan saat itu. Keputusan harus diambil pukul 12.00 siang harus istirahat dan makan (entah makan pagi atau makan siang).
Akhirnya setelah bersusah payah melalui jalan yang berdebu. pada pukul 12.00 sampi juga di depan Balai Desa Tirto Rahayu Kec. Galur Kulonprogo atau 18 km lagi ke arah Bantul. Kebetulan di daerah itu terdapat Warung makan dan Masjid. Tidak saya sia-siakan kesempatan tersebut untuk mengisi perut dan sholat dhuhur.
Setelah cukup istirahat perjalanan gowes di lanjutkan kembali sekitar Pukul 13.00 WIB. Ketika sedang persiapan, baru sadar kalau sarung tangan yang kanan hilang atau mungkin tertinggal di warung makan, tapi sayang warung makan tersebut sudah tutup karena yang jualan pergi ke Yogya untuk melihat kirab di sana. Gowes tanpa sarung tangan membuat perjalanan menjadi kurang nyaman karena panas terik yang menyengat.
Memasuki kawasan Kabupaten Bantul saya disambut dengan hujan yang turun. Ada keraguan antara istirahat berteduh dan terus gowes di bawah guyuran hujan. Sepertinya hujan tidak deras namun cukup membuata jalan aspal menjadi basah, justru pada saat itu kondisi menjadi kotor. Mau tidak mau sepeda dan jersey yang dipakai menjadi sangat kotor sambil sesekali diseka bagian belakang. Hujan tak juga reda hingga memasuki daerah 3 km menjelang Alun-alun Keraton Yogyakarta.
Memasuki Kota Yogya dalam perjalanan tanpa sengaja bertemu dengan pengendara sepeda tua, setelah berbincang sambil bersepeda didapat bahwa beliau adalah Mbah Boncel, sosok dari daerah Bantul yang sudah beberapa kali keliling Indonesia dengan sepeda tua warisan orang tuanya. akhirnya kami berdua menuju jalan Malioboro, tepatnya di depan Istana Kepresidenan jaman dahulu.
BERSAMBUNG..
SEPEDA SEHAT SELALU
Kamis, 27 Juni 2013
CLUB SEPEDA YOGYA
-->
CYCLING CLUB
Berikut ini beberapa daftar nama
klub sepeda di YOGYAKARTA :
Othorejo Bycicle Club ( OBC ),
LIBRARIAN BIKER CLUB (LBC), OSASA ( Obahe Sikil Agawe Sehating Awak ), CERIA
CLUB, SEKAYO ( Sepeda Sehat Sekretariat KPU Kota Yogyakarta ), SEKAWAN BKD, DSC
(Dintib Sepeda Club), Muse Koopy Cycling, PT Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk, Ngorpit, SHBC (Sari Husada Bikers Club), MACHE, AJISOKO (A. M. SANGAJI
SEPEDA ONTEL KANGGO OLAH RAGA), BALAB komunitas bersepeda, SKAVENTA BUGAR,
SPETUTA CYCLING CLUB, Penggemar
Sepeda Onthel RSUD, DALBONTEL CLUB (Dalbang Onthel Club), JOKTA DULLON (Pojok
Balaikota Kidul Kulon), nGeGneth, Garda Sempati Yogyakarta, KMBC (kumpul makmur
bicycle club), SPETENTA SEGAWE CLUB, Umbulharjo Ngepit Community, Bappeda
Onthel Sehat Club, PITAGAWA(Pit-pitan Agawe Awak Waras), BANG JOPIT (Bank Jogja
Pit), JONGGOZ (Jogja Onthel Ngoz-ngozan), PASOK(Paguyuban Sepeda Onthel
Keuangan), PADZ OnC ( Padmanaba Onthel Club ), GONDOKUSUMAN PIT ONTHEL BIKERS,
BODA BERSEPEDA, PANDAWA, STEPIRO BIKE’S COMMUNITY, BACIRO JAYA, Sego Segawe SMP
9 Yogyakarta, RABUK NYAWA, askrida cycling club, SENOPATI CYCLING CLUB,
Osigase, Njeron Beteng Bike Club,
BUM CYCLE, MUHDELA SEGO SEGAWE,
KONAK (Komunitas Ngepit Amargo Kahanan), Paguyuban Onthel Rabuk Yuswo, PuKaSO
(Puri Koperasi Asri Sepeda Onthel), PiTIK (Pit Teknologi Informasi dan
Komunikasi ) UGM
BENGONG (BERGODO NGONTHEL NGEBLAK), DINDU CAPIL CICLE CLUB, GTS 2 SEPEDA ONTHEL CLUB, Pecinta Sepeda Godean (PSG), Jogja Folding Bike, KOMASTA, POSITIF SPORT CLUB, teratai bike club, Surya Perkasa, stta ngontel club, jwok, SKAD (Sepeda Kampus Ahmad Dahlan), SEKAR SETAMAN, Ezphero Bicycle Community ( EBC ), WASPADA(Pengawas Pandemen Sepeda), LCC (LAW CYCLE CLUB), VIRGO Comunity for Enviroment (VCE), SAMBER LILER (Sambil Bersepeda Lihat Lingkungan terbuka), SEKAGE (Sepeda Karyawan/wati Kotagede), GARDA SEMPATY (GAbungan penggemaR bersepeDA SEkolah Menengah PertamA Tiga Yogyakarta), GARDA SEMPATY (GAbungan penggemaR bersepeDA SEkolah Menengah PertamA Tiga Yogyakarta), kampung sepeda pajeksan, JOMATAPU ( Jogja maju tanpa polusi ), SPPIDY (Sepedaan Pegawai Pelajar Insan Danurejan Yogyakarta),
BENGONG (BERGODO NGONTHEL NGEBLAK), DINDU CAPIL CICLE CLUB, GTS 2 SEPEDA ONTHEL CLUB, Pecinta Sepeda Godean (PSG), Jogja Folding Bike, KOMASTA, POSITIF SPORT CLUB, teratai bike club, Surya Perkasa, stta ngontel club, jwok, SKAD (Sepeda Kampus Ahmad Dahlan), SEKAR SETAMAN, Ezphero Bicycle Community ( EBC ), WASPADA(Pengawas Pandemen Sepeda), LCC (LAW CYCLE CLUB), VIRGO Comunity for Enviroment (VCE), SAMBER LILER (Sambil Bersepeda Lihat Lingkungan terbuka), SEKAGE (Sepeda Karyawan/wati Kotagede), GARDA SEMPATY (GAbungan penggemaR bersepeDA SEkolah Menengah PertamA Tiga Yogyakarta), GARDA SEMPATY (GAbungan penggemaR bersepeDA SEkolah Menengah PertamA Tiga Yogyakarta), kampung sepeda pajeksan, JOMATAPU ( Jogja maju tanpa polusi ), SPPIDY (Sepedaan Pegawai Pelajar Insan Danurejan Yogyakarta),
Jogjakarta yang dikenal sebagai kota
sepeda memiliki ratusan club sepeda yang tersebar di kota maupun desa. Seiring
dengan berkembang dan meningkatnya hoby bersepeda baik untuk berwisata maupun
untuk berolah raga jogjakarta saat ini memiliki banyak klub sepeda. berbagai
aliran klub sepeda ada di Jogja mulai dari klub sepeda onthel, klub sepeda
dunhil, free style bike dan club sepeda gunung. Setiap hari minggu sedikitnya
minimal ada 3 event funbike. Berikut ini daftar nama klub sepeda atau nama
komunitas bersepedaï¿‚ï¾ di jogjakarta:
Bike to be Happy Club dan Onthel be
happy Club
Alamat: Komplek RS. Happy land
medical center
Contact person: Harminto
Hp: 08156868141
Email: mintorisano@gmail.com
TEKNIK MENANJAK
-->
TEKNIK BERSEPEDA MENANJAK / UPHILL CYCLING
dari pemula
sampai profesional
Sebagai
seorang pesepeda pemula, manfaat ini akan meningkatkan kemampuan bersepeda
keseluruhan. Meskipun bersepeda mendaki mungkin sedikit menakutkan, ketika Anda
memecahnya menjadi kayuhan-kayuhan yang dikelola dengan baik dan logis, Anda
akan dengan mudah menaklukan tanjakan (tantangan) itu pertama dan banyak lagi.
Alih-alih
mencari rute jalan datar, Anda mungkin menemukan diri Anda mencari rute yang
menyerupai sebuah roller coaster untuk menaklukkan bukit-bukit tersebut dan
menuai kepuasan tersendiri kala berhasil melewati tantangan-tantangan (tanjakan
demi tanjakan) tersebut.
Untuk
itu, berikut kami rangkumkan TEKNIK DASAR BERSEPEDA
MENANJAK (CYCLING UPHILL):
- Mengambil kecepatan pada
jalan yang datar beberapa saat ketika hendak memasuki jalur menanjak. Pindahkan
gir/gigi pada rasio ringan dan mempercepat kecepatan kayuhan pedal Anda.
- Melakukan
dorongan/pressing keras pada pedal dan mengerahkan tekanan di seluruh
pedal stroke ketika Anda mulai memasuki jalur menanjak.
- Mempertahankan (atur)
pola pernapasan Anda untuk memasok oksigen pada otot-otot yang sedang
bekerja. Menjaga pinggul Anda tetap dekat bagian belakang sadel ketika
duduk dan menjaga punggung lurus untuk memastikan agar dada dan paru-paru
tetap terbuka (memudahkan proses pernafasan Anda).
- Mengencangkan perut Anda
dan merendahkan kepala ke arah sepeda untuk mengurangi hambatan angin dan
meningkatkan kecepatan Anda.
5. Salah
satu cara terbaik untuk bersepeda menanjak lebih cepat adalah mengelola
kekuatan, tenaga dan endurance selama bersepeda menanjak, serta berlatih
menanjak untuk mengembangkan mesin aerobik otot-otot kaki yang kuat. Berikut
kami sarikan tipsnya.
6. Hati-hati kadang rantai bisa putus di tengah jalan
7. Jaga
kaki Anda sesegar mungkin. Anda ingin belajar untuk menghemat daya dan energi
untuk mampu melalui trek sepeda yang berbukit-bukit. Berputar sebanyak yang
Anda dapat pada jalur flat dengan menghemat energi. Jika kemudian Anda menemui
jalur mendaki, gunakan gigi/gear ringan segera sesaat sebelum mulai menanjak.
8. Mengelola
power-to-weight ratio Anda. Pengendara profesional dengan postur ramping dengan
kekuatan mereka yang tinggi. Jika dua pengendara sepeda sam-sama bersepeda
mendaki bukit dengan sepeda yang sama, pengendara ringan (dengan postur tubuh
lebih ramping) akan menggunakan energi lebih sedikit untuk sampai ke atas
daripada pengendara lebih berat, yang harus melawan gaya gravitasi. Setiap
kilogram ekstra berat badan akan memperlambat Anda di atas tanjakan, sehingga
fokus pada penumpahan lemak tubuh ekstra sementara upaya membangun dan
mempertahankan kekuatan otot menjadi ‘terbengkalai’.
9. Tambahkan
interval (intensitas) untuk pelatihan Anda. Interval tidak hanya akan membantu
Anda menurunkan berat badan, tetapi mereka juga akan membuat Anda lebih kuat.
Untuk mendapatkan kekuatan dalam menaklukkan trek menanjak, lakukan latihan
menanjak secara berulang. Untuk membantu membangun kekuatan di kaki Anda,
sesekali gunakan gigi/gir lebih keras dan irama yang lebih rendah untuk melatih
kekuatan ini.
10. Tetap
bertumpu pada pedal selama mengayuh sepeda. Hal tersebut akan membantu Anda
menggunakan kelompok otot yang berbeda selama aktivitas bersepeda mananjak
(uphill cycling), termasuk, paha depan dan paha belakang Anda glutes serta
betis dan pinggul. Dimana Anda duduk di sadel akan mengaktifkan kelompok otot
yang berbeda.
11. Simulasikan
seperti situasi race. Banyak ‘serangan keras’ dari lawan balapan datang justru
saat pembalap menghadapi trek menanjak selama road race. Ini akan membantu
meningkatkan kecepatan Anda. Praktek lonjakan listrik, yang meliputi
mensimulasikan serangan. Gunakan monitor denyut jantung, dan hanya ketika Anda
berada di bawah ambang laktat Anda, atau sekitar 85 persen dari detak jantung
maksimum Anda, meningkatkan irama Anda dengan 10 putaran per menit untuk 5
sampai 10 detik di atas bukit. Berikan jeda waktu untuk pemulihan, kemudian
melakukan lonjakan lagi. Ini akan membantu tubuh Anda belajar untuk
membersihkan asam laktat lebih cepat dan mengembangkan kecepatan ketika Anda
pulih dari upaya.
12. Selamat
mempraktikannya dan manklukkan tanjakan-tanjakan di depan Anda, dan BERSEPEDA
MENANJAK (UPHILL CYCLING) sebagai hal yang menyenangkan
13. TIPS
MENGHADAPI TANJAKAN dengan mengatur ‘komposisi’ gear sepeda ini berlaku untuk
rider MTB maupun roadbiker. Shifting Gear atau yang lebih dikenal dengan
istilah pemindahan gigi transmisi. Shifter biasanya terletak pada handle bar
(stang kemudi) sepeda kita. Shifter adalah perangkat yang terhubung dengan FD
(front deraileur) dan RD (rear derailler).
14. FD & FD
inilah yang bertugas memindahkan gigi (chainrings) baik depan maupun belakang.
Shifting yang benar diperlukan pada saat menghadapi tanjakan kala bersepeda,
tentunya akan memberikan kenyamanan tersendiri bagi pesepeda.
15. Untuk rider
yang mempunyai power dan otot kaki yang kuat tidak menjadi masalah menggunakan
gir depan paling besar serta gir belakang paling kecil, karena shifting dengan
model ini akan memberikan akslerasi maksimum pada saat kita mengayuh sepeda.
Untuk rider pemula shifting dengan menggunakan gir depan paling kecil dan gir
belakang paling besar, memberikan kenyamanan ketika mengayuh pedal dan
konsekuensinya sepeda berjalan pelan.
16. Saat
melakukan TEKNIK SHIFTING GEAR MENGHADAPI TANJAKAN ini usahakan untuk tidak
berdiri akan tetapi percepat putaran kayuhan pedal rider. Dengan berlatih dan
kebiasaan bersepeda, kita akan menemukan sendiri kemampuan otot kaki kita
ketika menghadapi medan tanjakan, semakin sering bersepeda & berlatih
ditanjakan rider dapat mengukur shifting pada gir berapa yang tepat untuk
menghadapi medan tanjakan.
GOWES
-->
Ahad/ Minggu, 19
Mei 2013
Sebelum adzan subuh berkumandang, sekitar pukul 04.15 WIB
terjaga dari tidur. Setelah persiapan dan peregangan, 05.35 mulai start dari
depan rumah. Biasanya setelah melelwati perempatan Gandulekor cyclometer baru
dihidupkan.
Target Minggu ini sekitar 80 km dengan kec. 25-30 km/jam,
maka Purwokerto (alun2) menjadi tujuan mudah untuk mencapai jarak tersebut.
Awal perjalanan kecepatan tidak seperti biasanya, mungkin karena sudah telat
sebab 06.00 biasanya sudah sampai di Purbalingga, tapi pagi ini baru menjelang
Bukateja. Agak telat memang tapi tidak apalah, hitung2 latihan panas2an karena
pagi itu matahari bersinar terik.
Sekitar
pukul 06.35 sampai di alun2 Purbalingga, mutar sekali lalu belok kiri ke arah
Stadoin Goentoer D. Biasanya singgah sebentar, tapi mengingat sudah agak telat
jadi terus saja lewat Taman Usman Janatin, belok kiri ke arah Sokaraja melewati
PT. Boyang yang pagi itu tetap banyak karyawan yang masuk kerja/lembur.
Terminal Purbalingga terlewati, Kalimanah, Jompo. Tidak banyak pesepeda yang
berpapasan maupun searah sepanjang jalan menuju Sokaraja hingga akhirnya sampai
di trafic light pukul 07.00. tidak ada kata berhenti meski lampu merah, katanya
merah tandanya berani he,he he...
Sampai bangjo Sangkal Putung tetap lurus menuju depan
Depo Pelita, padahal biasanya belok kanan lewat Jl. Soeparjo Roestam. Kali ini
ingin route yang berbeda, melalui Karang Nanas, Karang Rau dan depan terminal
Purwokerto, lalu belok kanan ke arah Jl. Gerilya Timur. Ada sebuah truk besar
yang terguling di pinggir jalan tidak jauh dari terminal, mungkin karena
tanahnya amblas.
Menyusuri Jl. Gerilya menuju bundaran depan bekas
terminal lama yang sekarang telah berubah menjadi Taman Adhang Pangrenan.
Berbelok ke kanan melewati Jl. S. Parman depan Rajawali Teater dan belok kiri
melalui selatan MORO grosir dan Jl. Kol. Sugiono ke barat. Sampai di perempatan
palma dekat BCA tanpa sengaja bertemu dengan Mas Pujo dan kawan2nya dari BCC
PWT. Mereka berencana ke Baturaden melalui Kedung Banteng, Kebumen. Aku tidak
bisa ikut kesana mengingat rute dan waktu yang sudah cukup siang. Setelah
berpamitan perjalanan diteruskan melewati Jl. Gatot Soebroto, Isdiman, Suharso
dan GOR Satria. Begitu padatnya orang2 sehingga kuputuskan tidak jadi lewat
depan GOR tapi memutar arah menuju Jl. Kombas lalu ke arah Mersi. Dari
pertigaan Mersi yang ke kanan ke arah RS Margono Sukaryo, aku mengambil jalur
ke kiri menuju Dukuh Waluh seterusnya belok kanan ke arah Padamara,
Purbalingga. Sampai di situ jarak sudah sekitar 55 km.
Akhirnya sampai juga di alun-alun Purbalingga, memutar
sekali hingga cyclo menunjukan 60 km. Di bangjo timur alun-alun bertemu teman
dari Purwokerto yang sekarang tinggal di Slinga. Saat itu pula aku diberi nomer
HPnya mas Pujo, yang katanya tanggal 25 Mei 2013 akan ke Yogyakarta bersama
rombongan BCC. Pendaftaran Rp 250.000 untuk nginap di hotel dan transport naik
bis pulang ke Purwokerto.
Panas dan letih mewarnai perjalanan gowes dari
Purbalingga menuju pulang ke arah Gandulekor. Air minum di bidon sudah hampir
habis, terpaksa harus berhemat. Sampai di pertigaan Klampok jarak sudah sekitar
76 km, berarti sebentar lagi target 80 km terpenuhi bahkan melebihi.
Sekitar pukul 09.20 WIB sampai juga di Blimbing. Taruh
sepeda, lepas sepatu, baju, dll. Setelah cuci tangan langsung saja ambil nasi untuk
sarapan, karena rasa lapar memang sudah tak tertahankan.
Alhamdulillah.. sampai
rumah, selamat dan sehat. 80 km atau lebih terpenuhi meski tidak sebugar
biasanya.
Jum’at,
24 Mei 2013
Hari ini Jum’at pagi 24 Mei 2013. Segala persiapan baik
fisik, mental, sepeda, dan dana sudah tertata dengan rapi. Ternyata rencana
perjalanan ke Yogyakarta naik sepeda balap terpaksa harus batal demi kian...
Kamis malam sengaja tidur lebih cepat, warungpun tutup
lebih awal yaitu pukul 20.30 WIB nonton TV sebentar lalu tidur. Awalnya bisa
memejamkan mata hingga terbangun sekitar pukul 23.15 WIB lalu pikiran melayang
tentang rute ke Yogya dan apa-apa yang mesti dilakukan. Pukul 24.10 ada SMS
dari Indra yang menyatakan dirinya tidak jadi berangkat naik motor ke Yogya
dengan temannya disebabkan ada acara ikut bankom dalam rangka pilgub.
Mata menjadi sulit terpejam sejak sms tersebut, pikiran
terus mengarah pada antara tetap jalan ke Yogya naik sepeda atau batal, meski
tanpa Indra. Akhirnya keputusan tetap berangkat, karena ini hanya masalah dana
dan penginapan pikirku. Hingga pukul 04.00 turun dari tempat tidur dengan tanpa
tidur sejak pukul 23.15 WIB. Ke kamar mandi, sarapan, subuh, peregangan selesai
sudah.
Pukul 05.00 keputusan berusaha numpang truk yang akan
mencari merang ke Gombong atau Kebumen. Truk yang biasanya berhenti depan rumah
sepertinya tidak berangkat. Mencoba ke pertigaan. Ternyata tidak banya truk
yang lewat, ada dua yang sempat lewat, tapi dua-duanya tidak mau berhenti.
Setelah ditunggu lama hingga pukul 05.40 dan haripun sudah mulai terang ,
keraguan mulai muncul. Melanjutkan perjalanan ke Yogya atau bersepeda seperti
biasanya saja. Sejujurnya agak malas melewati tanjakan Mertinggi dan Ketileng,
masih gelap dan habis hujan sehingga kondisi jalan licin. Menjadi illfeel...
Pikir punya pikir akhirnya diputuskan balik ke rumah.
Bongkar-bongkar perbekalan, baju, dsb. Lalu tidur lagi. Ada rasa penyesalan
yang amat sangat, kecewa sekali karena pada akhirnya rencana perjalanan sendiri
ke Yogya harus tertunda lagi.
Tidak tahu kenapa acara yang direncanakan jauh-jauh hari
justru biasanya batal. Entah kapan lagi
mempunyai semangat yang besar seperti saat ini. Padahal akhir bulan Maret
kemarin, tepatnya 29 Maret 2013 hanya dalam waktu dua hari rencana ke Brebes
dapat terrealisasi dengan sukses. Meskipun medan atau rute yang dilalui lumayan
berat karena harus melewat Purbalingga, Bobotsari, Karangreja, Belik, Gombong,
Pulosari, Moga, Guci, Tuwel, Bojong, Lebaksiu, Slawi, Jatibarang dan alun-alun
Brebes. Ketika itu perjalan hampir 7 jam termasuk istirahat.
Yogyakarta wait for me.
Amiiin......
Langganan:
Postingan (Atom)