Kamis, 27 Juni 2013

GOWES TO YOGYA

SABTU, 15 Juni 2013

Pagi itu.... setelah loading dari rumah ke selatan waduk Sempor Gombong ..
Mulai gowes, start dari timur pasar Gombong, sekitar pukul  5.45 WIB. Perjalanan gowes menuju Yogya dimulai dengan menghidupkan cyclometer, timer,dll. Masih pagi dan begitu padatnya arus kendaraan di jalur selatan membuat acara gowes harus lebih hati-hati. Bergerak ke arah timur menuju Kebumen dengan jarak sekitar 22 km hanya dengan kecepatan antara 20 - 25 km/jam. Tidak berani lebih cepat lagi mengingat rute  yang masih sangat jauh. Guyangan, Karanganyar terlewati... Akhirnya sampai juga di Kota Kebumen, tepatnya di alun-alun Kebumen sekitar pukul 6.42 WIB

sejenak berfoto ria menggunakan fasilitas timer yang ada pada kamera HP. Sebenarnya bisa aza minta bantuan orang lain untuk menggambil gambar, kebetulan ada 2 cewek di sekitar itu sedang menikmati camilannya, sambil sesekali memperhatikan diriku he..he..
Dua kali jepretan sudah cukup...saatnya melanjutkan perjalanan kembali ke arah Purworejo dengan jarak sekitar 41 km dari alun-alun Kebumen. Mensugestikan diri sendiri seolah sedang gowes dari rumah ke Purwokerto yang berjarak 40 km, sehingga perjalanan gowes menuju Purworejo menjadi lebih ringan.
Selepas kota Kebumen kondisi jalan banyak yang berlubang dengan tambalan di sana sini. Perjalanan jadi tidak lancar karena sesekali harus berhenti mengayuh dan menghindari lubang tetapi dituntut untuk lebih memperhatikan kondisi lalu lintas dari belakang.

Pukul 7.40 WIB sampai di depan pasar Prembun. Perut mulai sakit, ternyata panggilan alam mulai memberi aba-aba. Gowes terus sambil mencari tempat yang pas buat melepas hajat..... Nah dekat sini..
yang punya sepeda lagi pipis dech...

Lega rasanya.... Dengan perasaan plong, gowes terus melewati jalanan aspal yang berlubang di sepanjang sisi kiri jalan. Pukul 8.25 WIB melewati alun-alun Kutoarjo, dari situ perjalanan ke Purworejo masih sekitar 11 km lagi. Jarak yang tidak begitu jauh (seperti Perja-Mandiraja) dalam waktu kurang dari 25 menit bisa tercapai. Namun saat itu 11 km ditempuh selama 35 menit baru sampai di alun-alun Kota Purworejo, maklum lagi hemat tenaga.... Sampai di pertigaan tugu perjuangan di selatan alun-alun pukul 9.00 WIB.



Sesuai target perjalanan sesuai yang direncanakan. Rencana istirahat sambil sarapan/makan untuk mensuplay energi.
Setelah berfoto-foto dan mengobrol dengan salah satu perkerja yang sedang melakukan perbaikan  di komplek tugu tersebut, tadinya mau langsung gowes menuju ke Bantul. Setelah dipikir-pikir, sepertinya mengunjungi alun-alun Purworejo sesaat tidak ada salahnya. Mengenang kembali beberapa tahun lalu ketika mengantar teman bersepeda untuk ikut lomba balap criterium dsi seputaran alun-alun Purworejo,namanya Lutfi. Meski tidak meraih juara untuk kategori MTB, tapi setidaknya aku puas bisa mengantar dan mengikut sertakannya dalam lomba  tersebut. ( sorry, melenceng dsari rute...)
Duduk-duduk sekitar 15 menit di pojok alun-alun selatan/ dekat Polres. Gowes lagi memutari alun-alun sambil nyari warung makan. eh, ternyata di alun-alun bagian utara sedang ada acara Ultah klub motor ninja Purworejo, ya wis lah..akhirnya lihat-lihat dulu beberapa saat sambil foto-foto motor yang bagus.
 Ini motor punya peserta dari Jakarta.
Setelah cukup puas lihat-lihat motor dan cukup istirahat, perjalan menuju Yogyakarta dilanjutkan lagi sambil sesekali nyaci warung makan untuk sarapan. Tengak tengok sepertinya lom ada yang cocok hingga akhirnya tidak ada lagi warung yang terlihat memasuki kawasan penjual dawet hitam yang banyak berjejer di sepanjang jalan menuju Wates. Ada rasa ingin untuk mampir dan mencoba menikmati dawet hitam, tapi tidak jadi mengingat perjalanan masih jauh. Tidak terasa perjalanan memasuki perbatasan Kulonprogo, entah pukul berapa(saat ini ditulis sdh 3 bulan yg lalu).

Setelah berfoto, perjalanan gowes dilanjutkan ke arah Wates di bawah terik matahari sekitar pukul 10.30 WIB. Sampai di Tugu Wates bertemu dengan dua orang dari Bandung yang akan ke Yogya.
Tidak lupa berfoto-foto ria dulu, setelah itu gowes kembali menuju ke arah Bantul. Sengaja ingin lewat Bantul melalui jembatan Srandakan. Perjalanan terasa lebih berat dan melelahkan, mungkin karena panas dan belum makan sejak pagi. Gowes di daerah Kulonprogo sedikit lama. Jalanan yang rusak dan berdebu menghambat perjalanan saat itu. Keputusan harus diambil pukul 12.00 siang harus istirahat dan makan (entah makan pagi atau makan siang).

Akhirnya setelah bersusah payah melalui jalan yang berdebu. pada pukul 12.00 sampi juga di depan Balai Desa Tirto Rahayu Kec. Galur Kulonprogo atau 18 km lagi ke arah Bantul. Kebetulan di daerah itu terdapat Warung makan dan  Masjid. Tidak saya sia-siakan kesempatan tersebut untuk mengisi perut dan sholat dhuhur.
Setelah cukup istirahat perjalanan gowes di lanjutkan kembali sekitar Pukul 13.00 WIB. Ketika sedang persiapan, baru sadar kalau sarung tangan yang kanan hilang atau mungkin tertinggal di warung makan, tapi sayang warung makan tersebut sudah tutup karena yang jualan pergi ke Yogya untuk melihat kirab di sana. Gowes tanpa sarung tangan membuat perjalanan menjadi kurang nyaman karena panas terik yang menyengat.
Memasuki kawasan Kabupaten Bantul saya disambut dengan hujan yang turun. Ada keraguan antara istirahat berteduh dan terus gowes di bawah guyuran hujan. Sepertinya hujan tidak deras namun cukup membuata jalan aspal menjadi basah, justru pada saat itu kondisi menjadi kotor. Mau tidak mau sepeda dan jersey yang dipakai menjadi sangat kotor sambil sesekali diseka bagian belakang. Hujan tak juga reda hingga memasuki daerah 3 km menjelang Alun-alun Keraton Yogyakarta.
Memasuki Kota Yogya dalam perjalanan tanpa sengaja bertemu dengan pengendara sepeda tua, setelah berbincang sambil bersepeda didapat bahwa beliau adalah Mbah Boncel, sosok dari daerah Bantul yang sudah beberapa kali keliling Indonesia dengan sepeda tua warisan orang tuanya. akhirnya kami berdua menuju jalan Malioboro, tepatnya di depan Istana Kepresidenan jaman dahulu.


  
BERSAMBUNG..











CLUB SEPEDA YOGYA

-->
 CYCLING CLUB
Berikut ini beberapa daftar nama klub sepeda di YOGYAKARTA :
Othorejo Bycicle Club ( OBC ), LIBRARIAN BIKER CLUB (LBC), OSASA ( Obahe Sikil Agawe Sehating Awak ), CERIA CLUB, SEKAYO ( Sepeda Sehat Sekretariat KPU Kota Yogyakarta ), SEKAWAN BKD, DSC (Dintib Sepeda Club), Muse Koopy Cycling, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Ngorpit, SHBC (Sari Husada Bikers Club), MACHE, AJISOKO (A. M. SANGAJI SEPEDA ONTEL KANGGO OLAH RAGA), BALAB komunitas bersepeda, SKAVENTA BUGAR,

SPETUTA CYCLING CLUB, Penggemar Sepeda Onthel RSUD, DALBONTEL CLUB (Dalbang Onthel Club), JOKTA DULLON (Pojok Balaikota Kidul Kulon), nGeGneth, Garda Sempati Yogyakarta, KMBC (kumpul makmur bicycle club), SPETENTA SEGAWE CLUB, Umbulharjo Ngepit Community, Bappeda Onthel Sehat Club, PITAGAWA(Pit-pitan Agawe Awak Waras), BANG JOPIT (Bank Jogja Pit), JONGGOZ (Jogja Onthel Ngoz-ngozan), PASOK(Paguyuban Sepeda Onthel Keuangan), PADZ OnC ( Padmanaba Onthel Club ), GONDOKUSUMAN PIT ONTHEL BIKERS, BODA BERSEPEDA, PANDAWA, STEPIRO BIKE’S COMMUNITY, BACIRO JAYA, Sego Segawe SMP 9 Yogyakarta, RABUK NYAWA, askrida cycling club, SENOPATI CYCLING CLUB, Osigase, Njeron Beteng Bike Club,
BUM CYCLE, MUHDELA SEGO SEGAWE, KONAK (Komunitas Ngepit Amargo Kahanan), Paguyuban Onthel Rabuk Yuswo, PuKaSO (Puri Koperasi Asri Sepeda Onthel), PiTIK (Pit Teknologi Informasi dan Komunikasi ) UGM
 

 BENGONG (BERGODO NGONTHEL NGEBLAK), DINDU CAPIL CICLE CLUB, GTS 2 SEPEDA ONTHEL CLUB, Pecinta Sepeda Godean (PSG), Jogja Folding Bike, KOMASTA, POSITIF SPORT CLUB, teratai bike club, Surya Perkasa, stta ngontel club, jwok, SKAD (Sepeda Kampus Ahmad Dahlan), SEKAR SETAMAN, Ezphero Bicycle Community ( EBC ), WASPADA(Pengawas Pandemen Sepeda), LCC (LAW CYCLE CLUB), VIRGO Comunity for Enviroment (VCE), SAMBER LILER (Sambil Bersepeda Lihat Lingkungan terbuka), SEKAGE (Sepeda Karyawan/wati Kotagede), GARDA SEMPATY (GAbungan penggemaR bersepeDA SEkolah Menengah PertamA Tiga Yogyakarta), GARDA SEMPATY (GAbungan penggemaR bersepeDA SEkolah Menengah PertamA Tiga Yogyakarta), kampung sepeda pajeksan, JOMATAPU ( Jogja maju tanpa polusi ), SPPIDY (Sepedaan Pegawai Pelajar Insan Danurejan Yogyakarta),
Jogjakarta yang dikenal sebagai kota sepeda memiliki ratusan club sepeda yang tersebar di kota maupun desa. Seiring dengan berkembang dan meningkatnya hoby bersepeda baik untuk berwisata maupun untuk berolah raga jogjakarta saat ini memiliki banyak klub sepeda. berbagai aliran klub sepeda ada di Jogja mulai dari klub sepeda onthel, klub sepeda dunhil, free style bike dan club sepeda gunung. Setiap hari minggu sedikitnya minimal ada 3 event funbike. Berikut ini daftar nama klub sepeda atau nama komunitas bersepedaï¿‚ï¾  di jogjakarta:
Bike to be Happy Club dan Onthel be happy Club
Alamat: Komplek RS. Happy land medical center
Contact person: Harminto
Hp: 08156868141
Email: mintorisano@gmail.com

TEKNIK MENANJAK

-->
TEKNIK BERSEPEDA MENANJAK / UPHILL CYCLING
dari pemula sampai profesional
Sebagai seorang pesepeda pemula, manfaat ini akan meningkatkan kemampuan bersepeda keseluruhan. Meskipun bersepeda mendaki mungkin sedikit menakutkan, ketika Anda memecahnya menjadi kayuhan-kayuhan yang dikelola dengan baik dan logis, Anda akan dengan mudah menaklukan tanjakan (tantangan) itu pertama dan banyak lagi.
Alih-alih mencari rute jalan datar, Anda mungkin menemukan diri Anda mencari rute yang menyerupai sebuah roller coaster untuk menaklukkan bukit-bukit tersebut dan menuai kepuasan tersendiri kala berhasil melewati tantangan-tantangan (tanjakan demi tanjakan) tersebut.
Untuk itu, berikut kami rangkumkan TEKNIK DASAR BERSEPEDA MENANJAK (CYCLING UPHILL):
  1. Mengambil kecepatan pada jalan yang datar beberapa saat ketika hendak memasuki jalur menanjak. Pindahkan gir/gigi pada rasio ringan dan mempercepat kecepatan kayuhan pedal Anda.
  2. Melakukan dorongan/pressing keras pada pedal dan mengerahkan tekanan di seluruh pedal stroke ketika Anda mulai memasuki jalur menanjak.
  3. Mempertahankan (atur) pola pernapasan Anda untuk memasok oksigen pada otot-otot yang sedang bekerja. Menjaga pinggul Anda tetap dekat bagian belakang sadel ketika duduk dan menjaga punggung lurus untuk memastikan agar dada dan paru-paru tetap terbuka (memudahkan proses pernafasan Anda).
  4. Mengencangkan perut Anda dan merendahkan kepala ke arah sepeda untuk mengurangi hambatan angin dan meningkatkan kecepatan Anda.
5.      Salah satu cara terbaik untuk bersepeda menanjak lebih cepat adalah mengelola kekuatan, tenaga dan endurance selama bersepeda menanjak, serta berlatih menanjak untuk mengembangkan mesin aerobik otot-otot kaki yang kuat. Berikut kami sarikan tipsnya.
6.      Hati-hati kadang rantai bisa putus di tengah jalan
     
7.      Jaga kaki Anda sesegar mungkin. Anda ingin belajar untuk menghemat daya dan energi untuk mampu melalui trek sepeda yang berbukit-bukit. Berputar sebanyak yang Anda dapat pada jalur flat dengan menghemat energi. Jika kemudian Anda menemui jalur mendaki, gunakan gigi/gear ringan segera sesaat sebelum mulai menanjak.
8.      Mengelola power-to-weight ratio Anda. Pengendara profesional dengan postur ramping dengan kekuatan mereka yang tinggi. Jika dua pengendara sepeda sam-sama bersepeda mendaki bukit dengan sepeda yang sama, pengendara ringan (dengan postur tubuh lebih ramping) akan menggunakan energi lebih sedikit untuk sampai ke atas daripada pengendara lebih berat, yang harus melawan gaya gravitasi. Setiap kilogram ekstra berat badan akan memperlambat Anda di atas tanjakan, sehingga fokus pada penumpahan lemak tubuh ekstra sementara upaya membangun dan mempertahankan kekuatan otot menjadi ‘terbengkalai’.
9.      Tambahkan interval (intensitas) untuk pelatihan Anda. Interval tidak hanya akan membantu Anda menurunkan berat badan, tetapi mereka juga akan membuat Anda lebih kuat. Untuk mendapatkan kekuatan dalam menaklukkan trek menanjak, lakukan latihan menanjak secara berulang. Untuk membantu membangun kekuatan di kaki Anda, sesekali gunakan gigi/gir lebih keras dan irama yang lebih rendah untuk melatih kekuatan ini.
      

10.  Tetap bertumpu pada pedal selama mengayuh sepeda. Hal tersebut akan membantu Anda menggunakan kelompok otot yang berbeda selama aktivitas bersepeda mananjak (uphill cycling), termasuk, paha depan dan paha belakang Anda glutes serta betis dan pinggul. Dimana Anda duduk di sadel akan mengaktifkan kelompok otot yang berbeda.
11.  Simulasikan seperti situasi race. Banyak ‘serangan keras’ dari lawan balapan datang justru saat pembalap menghadapi trek menanjak selama road race. Ini akan membantu meningkatkan kecepatan Anda. Praktek lonjakan listrik, yang meliputi mensimulasikan serangan. Gunakan monitor denyut jantung, dan hanya ketika Anda berada di bawah ambang laktat Anda, atau sekitar 85 persen dari detak jantung maksimum Anda, meningkatkan irama Anda dengan 10 putaran per menit untuk 5 sampai 10 detik di atas bukit. Berikan jeda waktu untuk pemulihan, kemudian melakukan lonjakan lagi. Ini akan membantu tubuh Anda belajar untuk membersihkan asam laktat lebih cepat dan mengembangkan kecepatan ketika Anda pulih dari upaya.
12.  Selamat mempraktikannya dan manklukkan tanjakan-tanjakan di depan Anda, dan BERSEPEDA MENANJAK (UPHILL CYCLING) sebagai hal yang menyenangkan
13.  TIPS MENGHADAPI TANJAKAN dengan mengatur ‘komposisi’ gear sepeda ini berlaku untuk rider MTB maupun roadbiker. Shifting Gear atau yang lebih dikenal dengan istilah pemindahan gigi transmisi. Shifter biasanya terletak pada handle bar (stang kemudi) sepeda kita. Shifter adalah perangkat yang terhubung dengan FD (front deraileur) dan RD (rear derailler).
14.  FD & FD inilah yang bertugas memindahkan gigi (chainrings) baik depan maupun belakang. Shifting yang benar diperlukan pada saat menghadapi tanjakan kala bersepeda, tentunya akan memberikan kenyamanan tersendiri bagi pesepeda.
15.  Untuk rider yang mempunyai power dan otot kaki yang kuat tidak menjadi masalah menggunakan gir depan paling besar serta gir belakang paling kecil, karena shifting dengan model ini akan memberikan akslerasi maksimum pada saat kita mengayuh sepeda. Untuk rider pemula shifting dengan menggunakan gir depan paling kecil dan gir belakang paling besar, memberikan kenyamanan ketika mengayuh pedal dan konsekuensinya sepeda berjalan pelan.
16.  Saat melakukan TEKNIK SHIFTING GEAR MENGHADAPI TANJAKAN ini usahakan untuk tidak berdiri akan tetapi percepat putaran kayuhan pedal rider. Dengan berlatih dan kebiasaan bersepeda, kita akan menemukan sendiri kemampuan otot kaki kita ketika menghadapi medan tanjakan, semakin sering bersepeda & berlatih ditanjakan rider dapat mengukur shifting pada gir berapa yang tepat untuk menghadapi medan tanjakan.

GOWES

-->
Ahad/ Minggu, 19 Mei 2013
            Sebelum adzan subuh berkumandang, sekitar pukul 04.15 WIB terjaga dari tidur. Setelah persiapan dan peregangan, 05.35 mulai start dari depan rumah. Biasanya setelah melelwati perempatan Gandulekor cyclometer baru dihidupkan.
            Target Minggu ini sekitar 80 km dengan kec. 25-30 km/jam, maka Purwokerto (alun2) menjadi tujuan mudah untuk mencapai jarak tersebut. Awal perjalanan kecepatan tidak seperti biasanya, mungkin karena sudah telat sebab 06.00 biasanya sudah sampai di Purbalingga, tapi pagi ini baru menjelang Bukateja. Agak telat memang tapi tidak apalah, hitung2 latihan panas2an karena pagi itu matahari bersinar terik.
Sekitar pukul 06.35 sampai di alun2 Purbalingga, mutar sekali lalu belok kiri ke arah Stadoin Goentoer D. Biasanya singgah sebentar, tapi mengingat sudah agak telat jadi terus saja lewat Taman Usman Janatin, belok kiri ke arah Sokaraja melewati PT. Boyang yang pagi itu tetap banyak karyawan yang masuk kerja/lembur. Terminal Purbalingga terlewati, Kalimanah, Jompo. Tidak banyak pesepeda yang berpapasan maupun searah sepanjang jalan menuju Sokaraja hingga akhirnya sampai di trafic light pukul 07.00. tidak ada kata berhenti meski lampu merah, katanya merah tandanya berani he,he he...
            Sampai bangjo Sangkal Putung tetap lurus menuju depan Depo Pelita, padahal biasanya belok kanan lewat Jl. Soeparjo Roestam. Kali ini ingin route yang berbeda, melalui Karang Nanas, Karang Rau dan depan terminal Purwokerto, lalu belok kanan ke arah Jl. Gerilya Timur. Ada sebuah truk besar yang terguling di pinggir jalan tidak jauh dari terminal, mungkin karena tanahnya amblas.
            Menyusuri Jl. Gerilya menuju bundaran depan bekas terminal lama yang sekarang telah berubah menjadi Taman Adhang Pangrenan. Berbelok ke kanan melewati Jl. S. Parman depan Rajawali Teater dan belok kiri melalui selatan MORO grosir dan Jl. Kol. Sugiono ke barat. Sampai di perempatan palma dekat BCA tanpa sengaja bertemu dengan Mas Pujo dan kawan2nya dari BCC PWT. Mereka berencana ke Baturaden melalui Kedung Banteng, Kebumen. Aku tidak bisa ikut kesana mengingat rute dan waktu yang sudah cukup siang. Setelah berpamitan perjalanan diteruskan melewati Jl. Gatot Soebroto, Isdiman, Suharso dan GOR Satria. Begitu padatnya orang2 sehingga kuputuskan tidak jadi lewat depan GOR tapi memutar arah menuju Jl. Kombas lalu ke arah Mersi. Dari pertigaan Mersi yang ke kanan ke arah RS Margono Sukaryo, aku mengambil jalur ke kiri menuju Dukuh Waluh seterusnya belok kanan ke arah Padamara, Purbalingga. Sampai di situ jarak sudah sekitar 55 km.
            Akhirnya sampai juga di alun-alun Purbalingga, memutar sekali hingga cyclo menunjukan 60 km. Di bangjo timur alun-alun bertemu teman dari Purwokerto yang sekarang tinggal di Slinga. Saat itu pula aku diberi nomer HPnya mas Pujo, yang katanya tanggal 25 Mei 2013 akan ke Yogyakarta bersama rombongan BCC. Pendaftaran Rp 250.000 untuk nginap di hotel dan transport naik bis pulang ke Purwokerto.
            Panas dan letih mewarnai perjalanan gowes dari Purbalingga menuju pulang ke arah Gandulekor. Air minum di bidon sudah hampir habis, terpaksa harus berhemat. Sampai di pertigaan Klampok jarak sudah sekitar 76 km, berarti sebentar lagi target 80 km terpenuhi bahkan melebihi.
            Sekitar pukul 09.20 WIB sampai juga di Blimbing. Taruh sepeda, lepas sepatu, baju, dll. Setelah cuci tangan langsung saja ambil nasi untuk sarapan, karena rasa lapar memang sudah tak tertahankan.
Alhamdulillah.. sampai rumah, selamat dan sehat. 80 km atau lebih terpenuhi meski tidak sebugar biasanya.
Jum’at, 24 Mei 2013
            Hari ini Jum’at pagi 24 Mei 2013. Segala persiapan baik fisik, mental, sepeda, dan dana sudah tertata dengan rapi. Ternyata rencana perjalanan ke Yogyakarta naik sepeda balap terpaksa harus batal demi kian...
            Kamis malam sengaja tidur lebih cepat, warungpun tutup lebih awal yaitu pukul 20.30 WIB nonton TV sebentar lalu tidur. Awalnya bisa memejamkan mata hingga terbangun sekitar pukul 23.15 WIB lalu pikiran melayang tentang rute ke Yogya dan apa-apa yang mesti dilakukan. Pukul 24.10 ada SMS dari Indra yang menyatakan dirinya tidak jadi berangkat naik motor ke Yogya dengan temannya disebabkan ada acara ikut bankom dalam rangka pilgub.
            Mata menjadi sulit terpejam sejak sms tersebut, pikiran terus mengarah pada antara tetap jalan ke Yogya naik sepeda atau batal, meski tanpa Indra. Akhirnya keputusan tetap berangkat, karena ini hanya masalah dana dan penginapan pikirku. Hingga pukul 04.00 turun dari tempat tidur dengan tanpa tidur sejak pukul 23.15 WIB. Ke kamar mandi, sarapan, subuh, peregangan selesai sudah.
            Pukul 05.00 keputusan berusaha numpang truk yang akan mencari merang ke Gombong atau Kebumen. Truk yang biasanya berhenti depan rumah sepertinya tidak berangkat. Mencoba ke pertigaan. Ternyata tidak banya truk yang lewat, ada dua yang sempat lewat, tapi dua-duanya tidak mau berhenti. Setelah ditunggu lama hingga pukul 05.40 dan haripun sudah mulai terang , keraguan mulai muncul. Melanjutkan perjalanan ke Yogya atau bersepeda seperti biasanya saja. Sejujurnya agak malas melewati tanjakan Mertinggi dan Ketileng, masih gelap dan habis hujan sehingga kondisi jalan licin. Menjadi illfeel...
            Pikir punya pikir akhirnya diputuskan balik ke rumah. Bongkar-bongkar perbekalan, baju, dsb. Lalu tidur lagi. Ada rasa penyesalan yang amat sangat, kecewa sekali karena pada akhirnya rencana perjalanan sendiri ke Yogya harus tertunda lagi.
            Tidak tahu kenapa acara yang direncanakan jauh-jauh hari justru biasanya batal. Entah  kapan lagi mempunyai semangat yang besar seperti saat ini. Padahal akhir bulan Maret kemarin, tepatnya 29 Maret 2013 hanya dalam waktu dua hari rencana ke Brebes dapat terrealisasi dengan sukses. Meskipun medan atau rute yang dilalui lumayan berat karena harus melewat Purbalingga, Bobotsari, Karangreja, Belik, Gombong, Pulosari, Moga, Guci, Tuwel, Bojong, Lebaksiu, Slawi, Jatibarang dan alun-alun Brebes. Ketika itu perjalan hampir 7 jam termasuk istirahat.
Yogyakarta wait for me. Amiiin......